Senin, 27 Oktober 2014

Nyata-Maya Cerita Kita : Dilema Melanda


Hoaaam..aku terbangun dari tidur lalu melirik jam dinding yang ada dikamarku 09.00 WIB . OMG bisa-bisanya aku bangun jam segini, biasanya kan lebih siang dari ini . Hahaha..bercanda dings ! Aku ingat setelah Dudung pulang Vino menghubungiku seperti biasa. Dari Vino aku mendengar bahwa dia sudah balikan sama sang mantan. Entah kenapa ada rasa sedih yang masuk dalam hatiku secara tiba-tiba tanpa kuminta “Jangan Khawatir Zee, aku akan tetap sayang padamu sebagai sahabat terbaik aku” demikian ucapan yang keluar dari mulut Vino.
Sahabat ? Tentu saja. Jangan bodoh Acil, bukankah selama ini yang kamu lakukan adalah tugas seorang sahabat ? Mendengarkan ceritanya, memberikan solusi untuk setiap masalah yang dia alami serta menjadi teman diskusi yang baik. Aku terbodoh sendiri. Setelah aku bercerita pada Dudung jika aku mulai jatuh cinta padanya, disaat yang sama dia membuat perasaanku mati sebelum tumbuh. Pedih !
Mungkin Dudung benar, tugasku mengisi kegalauan hatinya sudah selesai. Sudah waktunya sandiwara ini aku akhiri. Kuraih Handphoneku kemudian kutekan nomor Dudung “Hallo Cil, ada apa?”tanya Dudung dari seberang sana “Kamu di kost ? Aku ke sana 1 jam lagi”Jawabku “Oke, tapi jangan datang dengan tangan hampa”Setelah bicara Dudung tertawa lalu memutuskan sambungan telepon. Huh Dasar Si Dudung ! Aku heran mengapa bisa ada cewek seaneh dia dimuka bumi ini. Dulu Dudung adalah gadis pendiam dan polos, semua berubah sejak negara api menyerang. Orang bilang Dudung terkontaminasi virus gila sejak dia berteman denganku. Hahaha..memang aku terlalu dominan ya.
**
Kost Dudung Pukul 10.09 WIB
“Dudung”Teriakku langsung nyelonong masuk karena pintu kamar Dudung tak dikunci . Dudung kaget setengah mampus “Ini Mahkluk Kecil selalu datang tak dijemput, ngagetin orang trus  pulang minta di antar”Omelan Dudung membuatku tertawa. “Nih”Aku menyodorkan Roti bakar kesukaan Dudung, seketika itu pula omelannya mendadak berhenti di ganti senyum imut memamerkan giginya yang berpagar alias pakai kawat gigi.
“Tumben pagi-pagi buta main ke sini, tadi malam pasti kamu di gombalin sama Vino ya?”Dudung langsung to the point sebelum aku memulai cerita.
“Sebaliknya kali dung, Vino udah balikan sama Karin”Kataku sedih “Patah hati dong kamunya”Ledek Dudung sementara mulutnya sibuk mengunyah Roti bakar. “Bisa dibilang begitu”Aku menjawab disertai mimik wajah sedih langsung mengambil posisi duduk disamping si Dudung.
                “Seharusnya aku sadar diri ya dung, aku kan sedang berperan menjadi tokoh fiktif yang tak pernah ada. Berani sekali aku jatuh cinta padanya sementara aku tahu kalau cinta dia pada gadis itu sangat dalam. Dia berkata bahwa dia akan tetap menyayangi aku sebagai sahabatnya. Sakit sih waktu aku mendengar ucapan itu, tapi ya mau bilang apa coba”Aku memulai Cerita, Dudung diam menyimak. “Aku tak tahu kenapa aku bisa merasa nyaman dengan dia padahal kamu tahu kan kalau aku malas lihat cowok cakep yang jago main musik karena dimataku mereka tak lebih dari tukang tebar pesona. Tapi dia berhasil membuat cara pandangku berubah. Dengan menjadi Zee , aku merasa menemukan ‘inilah aku’ aku menjadi gadis apa adanya . Huh, aku tak mungkin seterusnya jadi Zee, aku ingin dia mengenalku sebagai Acil”Lanjutku.
                “Dia kan sudah tahu siapa Acil keles. Dan Dia menilai Acil adalah gadis tempramental walaupun dia juga mengakui kalau Acil juga orang yang Asyik buat ngobrol”Potong Dudung ditengah ceritaku, aku menarik nafas panjang “Itulah masalahnya Dung”Kemudian aku menunduk sedih.
“Ayo kita buktikan apa dia benar-benar mengenal kamu atau tidak”Tiba-tiba Dudung bersemangat.
“Caranya?”Tanyaku Heran. Dudung mengubah posisi duduknya lalu berkata “Dia pernah bilang kan kalau dia mengenal kamu dengan hati. Nah minggu ini kita datang ke tempatnya, kalau memang dia mengenalmu dengan sangat dalam dia pasti bisa dengan mudah merasakan kehadiranmu bahkan dari atas panggung sekalipun”
“Alaaah sinetron amat ya dung, Siti Bling-bling aja ga’ gitu-gitu amat”Ejekku “Tak ada salahnya di coba kan?”Dudung mengedipkan mata.
**
Minggu Pagi di suatu tempat yang tak bisa disebut namanya.
Aku dan dudung duduk manis dikursi yang telah disediakan, mataku menangkap sosok Vinno yang tengah asyik beradu dengan Pianonya . “Vinno memang cakep ya cil” Kulihat Dudung Mupeng banget lihatin si Vino dengan mata yang di paksa agar tak berkedip, aku pun berdehem. “Tujuan kita ke sini itu apa dung?”tanyaku berubah ogeb, Dudung melirik dengan mimik yang kembali dipaksa serius, entah dia benar-benar serius aku tak peduli “Cuma ingin membuktikan apa Vino bisa menemukanmu disini”Jawab Dudung Tegas (kali ini sih aku akui kalau nada bicaranya benar-benar tegas) aku hanya mengangguk walau sebenarnya tak begitu mengerti namun aku memilih diam karena jika aku bertanya lagi maka Dudung akan memberiku kuliah umum 23 SKS ditempat ini. Kan bahaya guys.
Singkat cerita acarapun selesai dan Dudung mengajakku segera keluar dari ruangan itu “Cil,apa kamu masih berniat mengikuti tes beasiswa S2 ke Kanada ?”Tanya Dudung begitu kami tiba di parkiran, entah kenapa raut wajah Dudung tak seperti biasa. Dudung terkesan serius dan pertanyaan itu sangat Aneh ditelingaku “Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu ,dung?”tanyaku sambil mengenakan helm lalu menghidupkan motorku “Kita bahas di kostku saja”Jawabnya. Dan bisa ditebak, sepanjang perjalanan kami diam dan larut dalam pikiran masing-masing.
Finally, kami tiba di kost Dudung dengan selamat sukacita. “Dung, kenapa sih tadi nanya gitu aneh banget” Aku mencoba membuka kembali percakapan yang tertunda, Dudung turun dari motor lalu berkata “Vino tak mengenalmu cil, dia tak bisa menemukanmu. Itu artinya dia tak mengenalmu dengan hati seperti yang dia katakan” Aku tersentak sejenak karena tak menyangka ucapan itu yang keluar dari mulut Dudung. “Vino tak punya Radar Neptunus,Dung. Ya wajar aja dia tak bisa menemukan aku”Ujarku berusaha menyembunyikan rasa galau yang mendadak muncul. Aku mulai berpikir ucapan Dudung ada benarnya. “Acil, dengar ya ini bukan Kisah Kugy dan Keenan jadi ga’ perlu radar neptunus lhoo”Dudung mulai memamerkan wajah kesalnya. “Akhiri semua dan fokus sama masa depan kamu cil. Kesempatan tak akan datang dua kali, percuma kamu mengharapkan seseorang yang sama sekali tak pernah menyadari keberadaanmu”Lanjut Dudung. Aku menghela nafas lalu kembali menghidupkan mesin motor “Aku balik ya”Pamitku “Pikirkan perkataanku, Vino tak akan pernah bisa menemukanmu”Kata dudung, aku mengangguk kecil lalu keluar dari kamar Dudung.
Aku tak begitu mengerti mengapa hari ini otak Dudung begitu encer sehingga dia bisa menyimpulkan sesuatu yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Vino tak bisa menemukanku, jangankan menemukan untuk sekedar menoleh saja dia seakan tak punya waktu. Apa Vino tak bisa merasakan kehadiranku, aku ada didepannya namun dia tak melihatku. Ah Entahlah ! Aku tak tahu apa yang harus aku Lakukan saat ini, mengakhiri sandiwara ini atau meneruskannya hingga nanti Vino memintaku untuk menjauhinya? Biar waktu yang kan menjawab.
Hasil corat-coret tanganku yang mencoba melukis bayangnya :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar