Senin, 27 Oktober 2014

Nyata-Maya Cerita Kita : Bahagia Kita Berbeda

                Malam meninggi aku duduk memandangi hamparan langit dari daun jendela kamarku , hanya hitam yang tergambar . Tak ada sinar bintang seperti malam-malam sebelumnya. Beberapa menit kemudian kualihkan pandangan ke arah tempat tidurku, disana kutemukan sebuah map merah berisi berkas persyaratan beasiswa yang akan aku ajukan. Aku berjalan menghampiri tempat tidur bersamaan dengan terdengarnya suara Anji menyanyikan lagu Kekasih terhebat di Ponselku. Kulihat nama yang tertera di layar, aku menarik nafas sebelum menjawab panggilan itu.
                “Hallo”dari mulutku meluncurlah kata pembuka untuk mengawali pembicaraan itu. “Zee,apa benar kamu akan berangkat ke Kanada besok?”Vino bertanya tanpa ada basa-basi terlebih dahulu. Aku kembali menarik nafas panjang menahan sesak yang mulai masuk perlahan ke hatiku. Aku memang mengatakan pada Vino bahwa aku akan berangkat ke Kanada dalam waktu dekat untuk meneruskan pendidikanku  tapi faktanya aku hanya akan pergi untuk mengikuti tes saja itupun seminggu lagi bukan besok. Inikah yang disebut dengan berbohong demi kebaikan ? Betewe,kebaikan siapa cil? Kebaikanmu, kebaikannya atau kebaikan bersama? Tau ah , Gelap ! Hanya ini jalan satu-satunya untuk pergi dari kehidupan Vino.
                “Iya”Jawabku pelan.”Aku tak percaya”Balas Vino, aku terdiam. “Berapa lama?”Tanya Vino kemudian. “dua tahun atau mungkin selamanya”Jawabku seadanya. Aku bisa mendengar Vino menarik nafas dalam sekali, seolah ada kesesakan yang bersarang di dadanya. Ah mungkin hanya perasaanku saja. “Itu artinya saat kamu kembali aku sudah menikah dengan orang lain”Suara Vino terdengar lirih. What ?! Apa-apaan ini kok pakai acara nikah segala, aku berusaha menjaga agar suasana tidak kaku. “Mungkin saja”Ujarku. Lama kami saling terdiam lalu Vino kembali berkata “Zee, apa kamu mau mencintaiku sebentar saja?”
 Vino seandainya kamu tahu jika aku sangat ingin berkata “Tidak, aku tak bisa mencintaimu sebentar saja karena aku ingin mencintaimu selamanya” tapi mulutku takkan bisa mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin aku mencintai Vino sementara ada Karin disampingnya. Apa bisa aku mencintai Vino sedangkan aku tak bisa hidup sebagai Zee selamanya. “Zee”Panggil Vino seolah meminta jawaban untuk pertanyaan yang dia ajukan. “Vino jangan gila, itu tidak mungkin”Kalimat itu yang akhirnya aku keluarkan dari mulutku. “Kenapa? Apakah mencintaiku merupakan beban bagimu? Untuk malam ini saja aku ingin dengar bahwa kamu memiliki rasa yang sama denganku sebelum kamu benar-benar pergi”Kata Vino Lagi.
                Sebelum aku benar-benar pergi ? Huh ! Entah kenapa hatiku seperti teriris pisau lalu diberi air perasan jeruk nipis. Alamak pedihnya pake banget cuy. “Vino dengarkan aku ini sangat tidak mungkin, kamu tak pernah mengenal aku. Lagipula aku tak bisa membuka hati untuk cinta walau hanya sebentar karena aku ingin fokus mengejar masa depanku”Aku mencoba menjelaskan. “Masa depanmu? Kamu tahu rasanya sakit sekali saat kamu mengatakan masa depan itu milikmu seolah kamu ingin menegaskan bahwa aku tak akan pernah ada disana”Ucapan Vino kembali menancapkan kepedihan baru dihatiku. Vino tak pernah tahu bahwa aku sangat ingin menjadikannya bagian dari masa depanku namun aku dituntut untuk realistis memandang setiap potongan peristiwa yang terjadi. Jika suatu hari Vino tahu bahwa Zee dan Acil adalah orang yang sama apa mungkin Vino masih akan berkata masa depan itu milik kita seperti sebelumnya? Belum tentu !
                “Kenapa tidak menjawab Zee?”Tanya Vino. Aku masih berusaha bernegosiasi dengan hati (alaaah kok bahasanya ala vickynisasi ya?) tapi tidak ada salahnya kan ? Toh setelah ini aku akan mengubur semua pelan-pelan “Baiklah”Jawabku. Malam itupun kami lalui dengar berbincang panjang membahas hal konyol sampai hal yang serius, untung saja kami tidak membahas berapa sisa hutang negara, siapa presiden berikutnya atau hal yang sedikit berat. Haha
Malam itu aku memutuskan untuk menjauh dari kehidupan Vino. Mengapa ?Walaupun ingin namun  Aku tak bisa bertahan lebih lama disisinya karena ada hati yang harus di jaga. Jika ada yang harus terluka dari sandiwara ini cukup hatiku saja, bukan Vino ataupun Karin. Aku tahu Karin sangat mencintai Vino, sekalipun aku masuk dalam kehidupan Vino ketika mereka tidak sedang bersama tapi aku akan merasa sangat berdosa jika aku tetap ada di hubungan yang kembali mereka bina beberapa hari terakhir. Aku adalah salah satu orang terdekat Vino tapi aku juga lah orang yang paling berpotensi untuk melukai hatinya.
**
                Pagi pun tiba, Vino kembali menghubungiku sekedar memastikan apa aku benar-benar pergi dan itulah terakhir kali aku mendengar suaranya. Aku segera melepaskan SIM Card Ponselku dan menyimpannya dalam lemari. Aku tahu mungkin tidak akan mudah bagiku melupakan Seorang Vino namun seiring jalannya waktu aku percaya akan banyak hal lain yang perlahan membuat sosoknya terlupa.
“Kulepaskan cinta ini kurela berkorban tak mengapa namun kau harus bahagia hooo ohh” penggalan lirik lagu Sammy simorangkir berjudul “Kau Harus Bahagia” kurasa tepat untuk menggambarkan suasana saat ini. Lagu yang menceritakan tentang dua insan yang tak mungkin bersama. Salah satunya harus rela melepaskan kepergian sang kekasih demi kebahagiaannya. Ya tahu sendiri lagu melanolis memang menjadi kekuatan Sammy karena kepiawainnya dalam menyelami makna dari lirik lagu dan membawakan seakan dia sendiri yang membawakan lagu tersebut untuk sang kekasih.
Saat ini aku mengerti mengapa banyak orang percaya pada satu kalimat sakti “Cinta tak harus memiliki” karena terkadang kita terpaksa melepaskan seseorang bukan karena kita tak cinta dia namun ada bahagia lain yang harus kita jaga. Merelakan kesempatan untuk bahagia sekalipun peluang sangat lebar terbuka ? Tak apa. Mungkin saat ini bahagia kami memang berbeda.
Aku tutup kisah tentang Vino pada akhir bulan kedua tahun Masehi. Vino adalah bintang jatuh dihidupku. Hadir sekeap namun indahnya tetap melekat. Suatu hari jika kenytaan ini terungkap, aku berharap Vino bisa bijaksana memahami semua yang telah terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar