Hoaaam..aku
terbangun dari tidur lalu melirik jam dinding yang ada dikamarku 09.00 WIB .
OMG bisa-bisanya aku bangun jam segini, biasanya kan lebih siang dari ini .
Hahaha..bercanda dings ! Aku ingat setelah Dudung pulang Vino menghubungiku
seperti biasa. Dari Vino aku mendengar bahwa dia sudah balikan sama sang
mantan. Entah kenapa ada rasa sedih yang masuk dalam hatiku secara tiba-tiba
tanpa kuminta “Jangan Khawatir Zee, aku akan tetap sayang padamu sebagai
sahabat terbaik aku” demikian ucapan yang keluar dari mulut Vino.
Sahabat
? Tentu saja. Jangan bodoh Acil, bukankah selama ini yang kamu lakukan adalah
tugas seorang sahabat ? Mendengarkan ceritanya, memberikan solusi untuk setiap
masalah yang dia alami serta menjadi teman diskusi yang baik. Aku terbodoh
sendiri. Setelah aku bercerita pada Dudung jika aku mulai jatuh cinta padanya,
disaat yang sama dia membuat perasaanku mati sebelum tumbuh. Pedih !
Mungkin
Dudung benar, tugasku mengisi kegalauan hatinya sudah selesai. Sudah waktunya
sandiwara ini aku akhiri. Kuraih Handphoneku kemudian kutekan nomor Dudung
“Hallo Cil, ada apa?”tanya Dudung dari seberang sana “Kamu di kost ? Aku ke
sana 1 jam lagi”Jawabku “Oke, tapi jangan datang dengan tangan hampa”Setelah
bicara Dudung tertawa lalu memutuskan sambungan telepon. Huh Dasar Si Dudung !
Aku heran mengapa bisa ada cewek seaneh dia dimuka bumi ini. Dulu Dudung adalah
gadis pendiam dan polos, semua berubah sejak negara api menyerang. Orang bilang
Dudung terkontaminasi virus gila sejak dia berteman denganku. Hahaha..memang
aku terlalu dominan ya.
**
Kost
Dudung Pukul 10.09 WIB
“Dudung”Teriakku
langsung nyelonong masuk karena pintu kamar Dudung tak dikunci . Dudung kaget
setengah mampus “Ini Mahkluk Kecil selalu datang tak dijemput, ngagetin orang
trus pulang minta di antar”Omelan Dudung
membuatku tertawa. “Nih”Aku menyodorkan Roti bakar kesukaan Dudung, seketika
itu pula omelannya mendadak berhenti di ganti senyum imut memamerkan giginya
yang berpagar alias pakai kawat gigi.
“Tumben
pagi-pagi buta main ke sini, tadi malam pasti kamu di gombalin sama Vino
ya?”Dudung langsung to the point sebelum aku memulai cerita.
“Sebaliknya
kali dung, Vino udah balikan sama Karin”Kataku sedih “Patah hati dong
kamunya”Ledek Dudung sementara mulutnya sibuk mengunyah Roti bakar. “Bisa
dibilang begitu”Aku menjawab disertai mimik wajah sedih langsung mengambil
posisi duduk disamping si Dudung.
“Seharusnya aku sadar diri ya
dung, aku kan sedang berperan menjadi tokoh fiktif yang tak pernah ada. Berani
sekali aku jatuh cinta padanya sementara aku tahu kalau cinta dia pada gadis
itu sangat dalam. Dia berkata bahwa dia akan tetap menyayangi aku sebagai
sahabatnya. Sakit sih waktu aku mendengar ucapan itu, tapi ya mau bilang apa
coba”Aku memulai Cerita, Dudung diam menyimak. “Aku tak tahu kenapa aku bisa
merasa nyaman dengan dia padahal kamu tahu kan kalau aku malas lihat cowok
cakep yang jago main musik karena dimataku mereka tak lebih dari tukang tebar
pesona. Tapi dia berhasil membuat cara pandangku berubah. Dengan menjadi Zee ,
aku merasa menemukan ‘inilah aku’ aku menjadi gadis apa adanya . Huh, aku tak
mungkin seterusnya jadi Zee, aku ingin dia mengenalku sebagai Acil”Lanjutku.
“Dia kan sudah tahu siapa Acil
keles. Dan Dia menilai Acil adalah gadis tempramental walaupun dia juga
mengakui kalau Acil juga orang yang Asyik buat ngobrol”Potong Dudung ditengah
ceritaku, aku menarik nafas panjang “Itulah masalahnya Dung”Kemudian aku
menunduk sedih.
“Ayo
kita buktikan apa dia benar-benar mengenal kamu atau tidak”Tiba-tiba Dudung
bersemangat.
“Caranya?”Tanyaku
Heran. Dudung mengubah posisi duduknya lalu berkata “Dia pernah bilang kan
kalau dia mengenal kamu dengan hati. Nah minggu ini kita datang ke tempatnya,
kalau memang dia mengenalmu dengan sangat dalam dia pasti bisa dengan mudah
merasakan kehadiranmu bahkan dari atas panggung sekalipun”
“Alaaah
sinetron amat ya dung, Siti Bling-bling aja ga’ gitu-gitu amat”Ejekku “Tak ada
salahnya di coba kan?”Dudung mengedipkan mata.
**
Minggu
Pagi di suatu tempat yang tak bisa disebut namanya.
Aku
dan dudung duduk manis dikursi yang telah disediakan, mataku menangkap sosok
Vinno yang tengah asyik beradu dengan Pianonya . “Vinno memang cakep ya cil”
Kulihat Dudung Mupeng banget lihatin si Vino dengan mata yang di paksa agar tak
berkedip, aku pun berdehem. “Tujuan kita ke sini itu apa dung?”tanyaku berubah
ogeb, Dudung melirik dengan mimik yang kembali dipaksa serius, entah dia
benar-benar serius aku tak peduli “Cuma ingin membuktikan apa Vino bisa
menemukanmu disini”Jawab Dudung Tegas (kali ini sih aku akui kalau nada
bicaranya benar-benar tegas) aku hanya mengangguk walau sebenarnya tak begitu
mengerti namun aku memilih diam karena jika aku bertanya lagi maka Dudung akan
memberiku kuliah umum 23 SKS ditempat ini. Kan bahaya guys.
Singkat
cerita acarapun selesai dan Dudung mengajakku segera keluar dari ruangan itu
“Cil,apa kamu masih berniat mengikuti tes beasiswa S2 ke Kanada ?”Tanya Dudung
begitu kami tiba di parkiran, entah kenapa raut wajah Dudung tak seperti biasa.
Dudung terkesan serius dan pertanyaan itu sangat Aneh ditelingaku “Kenapa
tiba-tiba menanyakan hal itu ,dung?”tanyaku sambil mengenakan helm lalu menghidupkan
motorku “Kita bahas di kostku saja”Jawabnya. Dan bisa ditebak, sepanjang
perjalanan kami diam dan larut dalam pikiran masing-masing.
Finally,
kami tiba di kost Dudung dengan selamat sukacita. “Dung, kenapa sih tadi nanya
gitu aneh banget” Aku mencoba membuka kembali percakapan yang tertunda, Dudung
turun dari motor lalu berkata “Vino tak mengenalmu cil, dia tak bisa
menemukanmu. Itu artinya dia tak mengenalmu dengan hati seperti yang dia
katakan” Aku tersentak sejenak karena tak menyangka ucapan itu yang keluar dari
mulut Dudung. “Vino tak punya Radar Neptunus,Dung. Ya wajar aja dia tak bisa
menemukan aku”Ujarku berusaha menyembunyikan rasa galau yang mendadak muncul.
Aku mulai berpikir ucapan Dudung ada benarnya. “Acil, dengar ya ini bukan Kisah
Kugy dan Keenan jadi ga’ perlu radar neptunus lhoo”Dudung mulai memamerkan
wajah kesalnya. “Akhiri semua dan fokus sama masa depan kamu cil. Kesempatan
tak akan datang dua kali, percuma kamu mengharapkan seseorang yang sama sekali
tak pernah menyadari keberadaanmu”Lanjut Dudung. Aku menghela nafas lalu
kembali menghidupkan mesin motor “Aku balik ya”Pamitku “Pikirkan perkataanku,
Vino tak akan pernah bisa menemukanmu”Kata dudung, aku mengangguk kecil lalu
keluar dari kamar Dudung.
Aku
tak begitu mengerti mengapa hari ini otak Dudung begitu encer sehingga dia bisa
menyimpulkan sesuatu yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Vino tak bisa
menemukanku, jangankan menemukan untuk sekedar menoleh saja dia seakan tak
punya waktu. Apa Vino tak bisa merasakan kehadiranku, aku ada didepannya namun
dia tak melihatku. Ah Entahlah ! Aku tak tahu apa yang harus aku Lakukan saat
ini, mengakhiri sandiwara ini atau meneruskannya hingga nanti Vino memintaku
untuk menjauhinya? Biar waktu yang kan menjawab.
Hasil corat-coret tanganku yang mencoba melukis bayangnya :)