Jumat, 29 April 2016

HEI KAMU..TERIMA KASIH UNTUK PERCAKAPAN SINGKAT ITU



Beberapa hari ini kekalutan hatiku semakin kuat mengantam. Aku diperhadapkan dengan berbagai macam pergumulan. Beban itu semakin kuat menekan namun untuk berbagi pada orang lain aku enggan. Apa dengan bercerita semua akan lebih ringan? Aku rasa tidak. Karena itulah aku tak ingin orang lain tahu apa yang aku rasakan.
Di depan banyak orang aku bisa bersikap ceria seperti biasanya. Aku pikir tak ada yang bisa membaca jika dibalik tawa aku menyembunyikan sesuatu. Aku salah. Sikap pura-puraku tidak berlaku di hadapanmu.
            “Sms dari siapa? Mantan yang di Singapura?” Tanyamu ketika salah seorang teman kita meledekku karena aku terlalu fokus pada ponselku sedangkan di depan kita telah tersaji makanan.
            “Tahu dari mana tentang hal itu?”Selidikku. Aku terkejut. Aku sangat terkejut bagaimana mungkin kau mengetahui hal yang tak pernah kubagi. Kau mengelak dengan jawaban yang tidak bisa ku terima. Ya..disitu semua bermula. Dalam perjalanan pulang kita harus terlibat dalam pembicaraan yang melibatkan perasaan. Perasaanku harus tak beraturan karenanya.
“Apa yang kau cari? Harta, Tahta atau Cinta?” Pertanyaan itu kau ajukan padaku setelah aku bercerita panjang tentang dia. Pria yang datang dari masa lalu kemudian menawarkan cinta untukku.
“Tidak ada. Aku tak lagi mencintainya, aku hanya ingin menebus rasa bersalahku padanya” Jawabku. Mungkin kalimat itu keluar dari mulutku hanya karena aku tak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan. Aku masih mencari tahu apa yang sebenarnya kucari.
“Jangan bilang tidak ada. Jika kau tak cinta dia,masih tersisa dua pilihan lain. Harta atau Tahta?” Sepertinya kau tak begitu saja percaya dengan ucapanku.
Apa yang aku cari? Entahlah. Aku menarik nafas dalam. Dari sudut mataku aku bisa melihat kau sedang menatapku tapi aku pura-pura tidak tahu. Aku ingin marah padamu. Kenapa aku harus terlihat bodoh di depanmu? Aku ingin marah padamu ! Sepanjang perjalanan kau berhasil membuat aku jujur berkata tentang rahasia yang sebenarnya tak ingin ku bagi.
Hei..siapa kau sebenarnya? Mengapa saat di depanmu aku bisa bercerita tentang kesesakan ini? Ada banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan padamu. Cukup ! Biarlah aku sendiri yang bertanya pada hatiku.
“Apa dengan lari kau bisa merasa lebih tenang? Apa kau yakin itu tidak akan menimbulkan rasa bersalah yang baru. Semua itu ada di pikiranmu,bukan dikantongmu. Jika kau menyimpan kesesakan itu di kantong celanamu,kau bisa membuangnya lalu melupakannya.”Aku tak mengerti mengapa ucapanmu terdengar seperti sebuah ejekan. Ah..mungkin aku yang terlalu sensitive. Kupandang wajahmu dan mata kita beradu.
“Semua tersimpan dipikiranmu dan akan selalu ada dimanapun kau berada” Aku bisa mendengar ada ketegasan dari nada bicaramu. Perkataan terakhirmu membuat aku sadar,kau tidak sedang mengejekku melainkan membantuku untuk kembali berpikir jernih.

Sekali lagi kutatap matamu, aku tak berusaha mengalihkan pandanganku ke tempat lain. Tuhan..siapa pria yang ada di hadapanku? Dia terlihat berbeda dari kesehariannya. Aku tak tahu mengapa Tuhan selalu mengirimmu di saat yang tepat. Ini ketiga kalinya kita duduk berdua dan saling berbagi cerita. Akhirnya selalu sama.Kata per kata yang kau lontarkan selalu bisa menarikku kembali ke dunia nyata. Kau seolah membawaku keluar dari dunia kenangan saat aku masih bersama dia. Kau juga berhasil menghentikan langkahku sesaat sebelum aku terbang menuju angan yang berisi harapan-harapan tak pasti. Mengapa harus kau?
“Aku tidak sedang menakutimu namun jika kau terus lari maka perasaan dikejar akan terus kau rasakan. Aku sudah lebih dulu mengalaminya. Menghindari sesuatu hanya akan membuatmu tidak tenang. Menjelang deadline yang dia berikan,kau bisa berpikir ulang” Setelah berkata demikian, kau pamit pulang.
Aku perhatikan sampai malam benar-benar membuatmu menghilang.
“Terima Kasih” Ujarku pelan dan aku tahu sudah pasti kau tak akan mendengar.

Kau..aku selalu bertanya siapa kau? Mengapa pertahanan keangkuhanku roboh saat aku bersamamu. Entahlah,bukankah tidak semua pertanyaan harus mendapatkan jawaban. Semua yang kau katakan benar adanya hanya saja egoku seakan tidak terima.
Ku tutup rapat pintu rumahku. Sekalipun aku belum bisa membuat keputusan, setidaknya ada sedikit kelegaan yang aku rasakan walau hanya beberapa jam berbincang denganmu. Mungkin besok semua akan kembali seperti semula, kau akan bertingkah seperti biasanya dan percakapan kita malam ini pun akan kau lupa. Tak apa..kau tak punya kewajiban untuk mengingat apa pun tentang kita. Akulah pihak yang tak boleh lupa.

Entah kapan aku akan melihatmu seperti itu lagi tapi yang pasti sejak malam ini aku mulai memandangmu sebagai seorang pria. Aku jatuh cinta?
Jangan..
Tidak..
Belum..

Setelah hari ini mungkin aku belum tentu menemukan kau yang bijaksana seperti yang baru saja kulihat. Seperti apapun kau,tidaklah penting bagiku. Namun jika aku punya kesempatan duduk berdua denganmu lagi, aku sangat ingin berterima kasih.
Terima kasih karena aku bisa menumpahkan perasaanku saat bersamamu.
Terima kasih karena di depanmu aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus malu meluapkan semua emosi.
Terima kasih karena kau bisa membuat aku tenang setelah kekalutan itu pergi.
Aku tak tahu keputusan apa yang akan kubuat nanti namun yang pasti, terima kasih telah menjadi bagian dari keputusan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar